Penilian Pembelajaran Bahasa Indonesia




Portofolio pertama kali dipergunakan oleh kalangan fotografer dan artis, yaitu suatu kegiatan untuk menunjukkan hasil kerja dalam suatu periode tertentu. Melalui portofolio para fotografer dapat menunjukkan prospektif pekerjaan kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya. Dalam dunia kerja, secara umum portofolio adalah suatu kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut berisi pekerjaan siswa selama waktu tertentu yang dapat memberi nformasi bagi suatu penilaian yang objektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan siswa dalam lingkungan dan susana belajar yang alami. Hasil kerja dimaksud menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum.
Penilaian portofolio didasar-kan pada koleksi kumpulan pekerjaan yang dberikan guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika kegiatan pembelajaran mengajar, portofolio siswa dapat dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa. Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan ke-mampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan hasil karya siswa lain.
Keterangan
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul Penilian Pembelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan Anda dapat
1) memahami pengertian dan karakteristik penilaian kelas autentik;
2) mengembangkan berbagai teknik dan bentuk instrumen penilaian kelas autentik untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.;
3) memahami tindak lanjut penilaian kelas autentik.
B. Materi
1. Pengetian dan Karakteristik Penilaian Autentik
Implikasi diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:
§ mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah;
§ mengembangkan penilaian autentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
a. Apakah Penilaian Kelas Autentik?
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Dengan demikian, penilaian autentik mengikuti prinsip-prinsip penilaian berikut.
Ü Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction),
Ü Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems),
Ü Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, dan
Ü Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
b. Apakah tujuan penilaian kelas?
Penilaian kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut (Chittenden, 1991).
a. Penelusuran (keeping track), yaitu penilaian untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan sepanjang tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa.
b. Pengecekan (checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kompetensi apa yang telah dikuasai dan apa yang belum dikuasai oleh siswa.
c. Pencarian (finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksi hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
d. Penyimpulan (summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor siswa atau bentuk lainnya.
c. Apakah fungsi penilaian kelas?
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.
Fungsi motivasi; penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motivasi siswa untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus memungkinkan siswa melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. Bentuk latihan, tugas dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terdorong untuk terus belajar dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya. Dengan mengerjakan latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan siswa sendiri memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang sudah dikuasai dan hal-hal lain yang belum dikuasai. Jika siswa merasa ada hal-hal yang belum dikuasai, ia terdorong untuk mempelajarinya lagi.
Fungsi belajar tuntas; penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar siswa. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah siswa sudah menguasai kompetensi yang diharapkan, siapa dari siswa yang belum menguasai kompetensi tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar siswa akhirnya menguasai kompetensi tersebut. Ketuntasan belajar harus menjadi pumpunan dalam perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai siswa, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian besar siswa telah menguasai kompetensi tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai siswa pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan yang telah ditetapkan.
Fungsi sebagai indikator efektivitas pembelajaran; di samping untuk memantau kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua siswa telah menguasai sebagian besar atau semua kemampuan yang diajarkan, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa hanya sebagian siswa yang menguasai kompetensi yang ditargetkan, guru perlu melakukan analisis dan refleksi untuk menentukan mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pembelajarannya.
Fungsi umpan balik; hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Analisis hasil penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar, misalnya, analisis terhadap kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam memahami konsep tertentu menjadi umpan balik bagi guru dan melakukan perbaikan pada proses belajar mengajar berikutnya. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu ketercapaian target penguasaan kemampuan yang telah ditetapkan.
d. Bagaimana prinsip penilaian kelas?
Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan di atas, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
Mengacu ke kemampuan (competency referenced); penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut. Ruang lingkup materi penilaian disesuaikan dengan tahapan materi yang telah diajarkan serta pengalaman belajar siswa yang diberikan. Materi penugasan atau ulangan harus betul-betul merefleksikan setiap kompetensi atau indikator kompetensi yang ditargetkan untuk dikuasai siswa. Hanya materi yang secara esensial terkait langsung dengan kemampuan yang perlu dicakup dalam penilaian kelas. Materi yang tidak langsung terkait dengan kemampuan tidak perlu dicakup dalam penilaian kelas. Namun, guru tetap dapat mencatat penilaian yang tidak berkait langsung dengan kemampuan yang diharapkan tersebut sebagai bahan dalam melakukan analisis dan umpan balik hasil penlaian.
Berkelanjutan (continuous); penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang dilakukan guru melalaui pemberian tugas, pekerjaan rumah (PR), ulangan harian, ulangan tengah dan akhir semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun ajaran.
Didaktis; alat yang digunakan untuk penilaian kelas (tes maupun non-tes) harus dirancang (isi, format, tata letak, dan tampilan) agar siswa menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas penilaian, baik yang bersifat individual mapun kelompok dengan penuh antusias dan menyenangkan. Alat penilaian kelas seperti ini dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa lebih dalam dan dorongan belajar lebih kuat.
Menggali informasi; penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik, dan alat penilaian yang tepat sangat menetukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip "sedikit-tapi-banyak" (less-is-more). Prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas. Oleh karenanya, bentuk soal dan penugasan yang terbuka, seperti soal uraian dan pemecahan masalah sangat dianjurkan untuk ulangan harian yang disiapkan guru. Sebaliknya, bentuk soal lebih tertutup, seperti pilihan ganda dan uraian terstruktur, lebih dianjurkan untuk penilaian yang materinya bersifat luas dan komprehensif seperti pada ulangan akhir semester dan akhir tahun ajaran.
Melihat yang benar dan yang salah; dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan siswa. Hal-hal positif tersebut dapat berupa, misalnya, jawaban benar yang diberikan siswa di luar perkiraan atau cakupan yang ada pada guru. Siswa yang memiliki kelebihan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalaman sangat mungkin memberikan jawaban dan penyelesain masalah yang tidak tersedia pada bahan yang diajarkan di kelas. Demikian juga, melihat pola kesalahan yang umum dilakukan siswa dalam menjawab dan menyelesaikan masalah untuk materi serta kompetensi tertentu sangat membantu guru dalam melakukan perbaikan dan penyesuaian program belajar mengajar. Analisis terhadap kesalahan jawaban dan penyelesaian masalah yang diberikan siswa sangat berguna untuk menghindari terjadinya salah konsep dan ketidakjelasan dalam proses pembelajaran. Guru hendaknya memberikan penekanan terhadap kesalahan-kesalahan yang bersifat umum tersebut.
e. Bagaimana kaitan penilaian kelas dengan proses belajar mengajar?
Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar (PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan PBM dapat digambarkan pada siklus di bawah ini.
![]() |
Gambar 1
Siklus PBM dan Penilaian
Pada gambar di atas tampak bahwa langkah yang dilakukan guru dalam rangkaian aktivitas pengajaran meliputi penyusunan rencana mengajar, proses belajar mengajar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan guru adalah menyusun rencana mengajar. Dalam menyusun rencana mengajar ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian kompetensi yang harus dicapai siswa, cakupan dan kedalaman materi, indikator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami siswa, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi.
Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, guru melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar ini adalah adanya interaksi yang efektif antara guru, siswa, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh siswa. Untuk mengetahui dengan pasti ketercapaian kompetensi dimaksud, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses belajar mengajar berikutnya. Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus PBM berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika ini dilakukan, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sepanjang semester dan tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus PBM yang saling bersambung. Pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi akan dapat dijamin apabila siklus PBM yang satu terkait dengan siklus PBM berikutnya.
2. Mengembangkan Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian
Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, guru harus menggunakan berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Tujuan dan pengalaman belajar tertentu mungkin cukup efektif dinilai melalui tes tertulis (paper-pencil test), sedangkan tujuan dan pengalaman belajar yang lain (seperti berdialog dan praktik ekspresi sastra) akan sangat efektif dinilai dengan tes praktik (performance assessment). Demikian juga, metode observasi sangat efektif digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran siswa dalam kelompok, dan skala sikap (rating scale) sangat cocok untuk menilai aspek afeksi, minat, dan motivasi anak didik.
Oleh sebab itu, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan. Di antara metode dimaksud adalah penilaian tertulis (paper-pencil) baik soal pilihan maupun uraian, tes praktik (performance test), penilaian produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri siswa, penilaian afektif, dan portofolio.
Di samping itu, karena tujuan utama penilaian berbasis kelas yang dilakukan oleh guru adalah untuk memantau kemajuan dan pencapaian belajar siswa sesuai dengan matriks kompetensi belajar yang telah ditetapkan, guru atau wali kelas diharapkan mengembangkan sistem portofolio individu siswa (student portfolio) yang berisi kumpulan yang sistematis tentang kemajuan dan hasil belajar siswa. Portofolio siswa memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan pencapaian belajar siswa pada kurun waktu tertentu. Portofolio siswa dapat berupa rekaman perkembangan belajar dan psikososial anak (developmental), catatan prestasi khusus yang dicapai siswa (showcase), catatan menyeluruh kegiatan belajar siswa dari awal sampai akhir (comprehensive), atau kumpulan tentang kompetensi yang telah dikuasai anak secara kumulatif (exit).
TEKNIK | BENTUK INSTRUMEN |
Lisan | Daftar Pertanyaan |
Tulis | Pilihan Ganda, B-S, Menjodohkan, isian singkat, uraian |
Kinerja/Unjuk kerja | Skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list) |
Proyek Penugasan) | Skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list) |
Produk | Skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list) |
Observasi | Lembar observasi |
Portofolio | Skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check list) |
Penilaian Diri | Lembar Penilaian Diri |
Penilaian Sikap | Angket/kuisioner dan inventori |
Tabel 1.1 Teknik dan Bentuk Instrumen
Penilaian Kelas
Portofolio ini sangat berguna baik bagi sekolah maupun bagi orang tua serta pihak-pihak lain yang memerlukan informasi secara rinci tentang perkembangan belajar anak dan aspek psikososialnya, sehingga orang tua dapat memberikan bimbingan dan bantuan yang relevan bagi keberhasilan belajar anak. Berikut ini dikemukakan tebel beragam teknik dan bentuk instrumen penilaian yang dapat dikembangkan dalam penilaian kelas. Portofolio ini sangat berguna baik bagi sekolah maupun bagi orang tua serta pihak-pihak lain yang memerlukan informasi secara rinci tentang perkembangan belajar anak dan aspek psikososialnya, sehingga orang tua dapat memberikan bimbingan dan bantuan yang relevan bagi keberhasilan belajar anak.
a. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian lisan?
Penilaian lisan adalah teknik peniliaian yang mengharuskan siswa menjawab pertanyaan secara lisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teknik lisan ini dapat dilakukan pada penilaian keterampilan berbicara, keterampilan membaca teknik, dan membaca permulaan. Karena berbicara dan membaca bersuara merupakan aspek yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, teknik penilaian lisan ini juga dapat menggunakan teknik kinerja. Sebagian dari kinerja berbahasa Indonesia adalah berbahasa lisan. Untuk itu, kelengkapan-kelengkapan alat penilaian kinerja juga dimanfaatkan pada penilaian lisan ini, misalnya aspek yang menjadi subkomponen keberhasilan siswa dan rubrik kualifikasi keberhasilannya.
b. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian tulis?
Dalam mengembangkan teknik penilaian, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tujuan penilaian dan ketepatan instrumen penilaian dengan indikator penilaian yang akan diukur.
Tujuan penilaian berkait dengan tes formatif, sumatif, atau penempatankah penilaian yang akan kita lakukan. Kita sangat mungkin menyusun soal yang berbeda untuk satu buah KD yang sama karena yang satu untuk soal formatif, yang lain untuk soal sumatif. Hal yang berkait dengan ketapatan instrumen adalah bahwa setiap teknik penilaian mengimplikasikan instrumen tertentu dan setiap instrumen memiliki ketepatan untuk mengukur aspek tertentu. Aspek berbicara yang paling tepat dinilai dengan teknik kinerja dengan instrumen lembar pengamatan. Akan kurang valid jika kompetensi berbicara diukur dengan tes tertulis. Berikut ini dikemukakan langkah-langkah penulisan tes tulis.
1. Penyusunan kisi-kisi tes
Bahwa kisi-kisis soal itu secara teoretis perlu sudah dipahami semua guru. Akan tetapi, berapa banyak guru yang masih menyusun soal tanpa menggunakan kisi. Mengapa hal itu terjadi? Kita tidak perlu menyalahkan masa lalu itu. Kini, kita berpikir akan banyak pihak yang kita rugikan jika kita menyusun soal tanpa membuat kisi-kisi. Mereka adalah siswa, orang tua, pemerintah, dan kolega guru. Kemajuan bangsa? Ya semua menjadi kita rugikan jika kita tidak menyusun kisi-kisi dengan baik.
Kisi yang baik disusun jauh sebelum soal dibuat. Kisi yang baik disusun bersama menyusun silabus dan RPP di awal semster. Kisi akan menjadi lebih baik jika disusun oleh guru yang bukan penyusun soal.

2. Penyusunan soal
Agak repot di awal tetapi akhirnya memudahkan apa? Ya benar. Jawabnya adalah menyusun soal dengan menggunakan kartu soal. Teori pembuatan kartu soal sudah kita terima, kita kuasai, tetapi masih sering tidak kita amalkan. Mengapa? Kembali kita tidak perlu kembali ke masa lalu. Kini kita sebutkan apa manfaat jika soal kita susun berdasakan kartu soal yang standar?
Nah, berikut ini kita menginmgat kembali fitur-fitur yang ada pada kartu soal, baik kartu soal pilihan ganda maupun uraian. Dan ingat utnuk soal uraian, di samping kartu soal juga pedoman penskoran yang harus ditulis segera setelah satu butir soal jadi. Apa m,anfaatnya?


3. Penelaahan soal (validasi soal)
Hampir semua guru setuju bahwa soal yang paling banyak digunakan adalah soal pilihan ganda yang sebenarnya soal yang paling sulit cara pembuatannya. Apakah gejala ini menunjukkan bahwa guru-guru di negara kita lebih menyukai tantangan?
Untuk pembelajaran bahasa Indonesia, soal pilihan ganda atau soal objektif pada umumnya memiliki banyak kelemahan. Karena itu, marilah kita menengok teknik lain yang lebih relevan dengan SK dan KD bahasa Indonesia, yaitu soal bentuk subjektif. Meski demikian, soal bentuk subjektif juga memiliki banyak kelemahan jika kita tidak variatif dalam menyusun instruksi kepada siswa kita. Berikut ini diberikan panduan beberapa instruksi yang mengarah kepada keterampilan berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dua komponen pendidikan kecakapan hidup yang amat relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
Variasi instruksi untuk soal yang menuntut berpikir kritis
a) Membandingkan
- Jelaskan persamaan dan perbedaan antara ... dan ....
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
b) Hubungan sebab-akibat
- Apa penyebab utama ....
- Apa akibat ....
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
- Ringkaslah dengan tepat isi ....
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa
berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....
- Apa reaksi A terhadap ....
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ....
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
j. Analisis
- Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
k. Sintesis
- Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
- Tuliskan sebuah laporan ....
l. Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang ....
Berikut ini merupakan contoh instruksi soal yang mengukur keterampilan memecahkan masalah.
a. Mengidentifikasi masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, siswa dapat mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan.
b. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah
masalah, siswa dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
c. Memahami kata dalam konteks
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya digarisbawahi, siswa dapat menjelaskan maknanya yang berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri.
d. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah, siswa dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan.
e. Memilih masalah sendiri
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah, siswa dapat memberikan alasan satu masalah yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara penyelesaiannya.
f. Mendeskripsikan berbagai strategi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik.
g. Mengidentifikasi asumsi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memberikan solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang.
h. Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah.
i. Memberi alasan masalah yang sulit
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah yang sukar
dipecahkan atau informasi pentingnya dihilangkan, siswa dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang dihilangkan.
j. Memberi alasan solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, siswa dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasannya.
l. Memberi alasan strategi yang digunakan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan alasannya.
m. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah dan
menjelaskan prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah.
n. Membuat strategi lain
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu
strategi untuk menyelesaikan masalanya, siswa dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya, siswa dapat: (1) mendeskripsi-kan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) memberikan alasannya.
Soal subjektif yang telah dirancang dengan kata kerja yang menjaring keterampilan belajar tinggi menjadi kurang baik jika kunci atau rambu yang kita buat tidak baik pula. Untuk itu, rambu atau pedoman penilaian harus segera kita susun setelah satu soal selesai kita rumuskan.

c. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian kinerja?
Para ahli menggunakan istilah “performance assessment” secara berbeda-beda dengan merujuk kepada pendekatan penilaian yang berbeda pula. Menurut Fitzpatrick dan Morison (1971) tidak ada perbedaan yang sangat besar antara “performance assessment” dengan tes lainnya yang dilaksanakan di dalam kelas. Menurut mereka perbedaan antara “performance assessment” dengan tes lain yang lebih konvensional adalah sejauh mana tes itu dapat menyimulasikan situasi dari kriteria-kriteria yang diharapkan. Trespeces (1999) mengatakan bahwa “performance assessment” adalah berbagai macam tugas dan situasi yang di dalamnya peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa “performance assessment” adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Sering “performance assessment” juga dikaitkan dengan suatu kriteria yang diinginkan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikenal dengan nama “athentic assessment”. Jadi pengertian “authentic assessment” ini selalu melibatkan peserta tes di dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam praktik kehidupan mereka sehari-hari.
Bentuk instrumen kinerja lebih tepat untuk menilai keterampilan atau kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki dan meliputi mind-on activities dan hands-on activities, misalnya berbicara, berpidato, membaca puisi, bermain drama; merumuskan kesimpulan; membuat grafik; menari; memainkan alat musik; menendang bola; dan menggunakan mikroskop.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian keterampilan atau penilaian kinerja (“performance assessment”) yang baik antara lain adalah
1. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
4. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan,
5. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati
6. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
Yang harus diperhatikan pula pada pembahasan kemampuan ini adalah cara mengamati dan menskor kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja siswa. Untuk meminimumkan faktor subjektivitas dan memaksimumkan faktor keadilan dalam menilai atau menskor kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja peserta tes, biasanya orang yang menilai atau menskor kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja jumlahnya lebih dari satu orang sehingga diharapkan hasil penilaian mereka menjadi lebih valid dan reliabel.
Berikut ini dikemukakan berbagai contoh variasi penilaian kinerja berpidato siswa. Penilaian kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja peserta tes dengan metode analitik antara lain adalah dengan cara menggunakan (1) checklists; dan (2) rating scales. Kedua alternatif cara penskoran kemampuan di atas akan dibicarakan satu per satu pada bagian ini.
Penilaian kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja (“performance assessment”) dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan menggunakan checklist. Apabila kriteria kemampuan tertentu pada siswa atau produk yang dihasilkan siswa dapat diamati oleh penilai atau penskor, maka siswa tersebut mendapat nilai dan apabila tidak maka siswa tersebut tidak mendapat nilai. Ada beberapa kelemahan pada checklist, (1) penilai atau penskor hanya bisa memilih dua pilihan yang absolut, yaitu teramati dan tidak teramati, jadi tidak ada nilai di tengahnya, misalnya apabila sebenarnya kemampuan siswa tersebut ada di tengahnya; (2) sukar untuk menyimpulkan kemampuan seseorang dalam satu skor, misalnya untuk mengurutkan kemampuan beberapa siswa. Contoh instrumen dengan menggunakan checklist untuk mengukur kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja berbicara di depan kelas atau berpidato dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan checklist
Nama : Astrajingga |
Petunjuk: Tuliskan centang (V) di belakang huruf dimana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) ____ A. Berdiri tegak melihat pada penonton ____ B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan ____ C. Mata melihat kepada penonton II. Ekspresi Suara (Vocal Expression) ____ A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas ____ B. Nada suaranya berubah-rubah sesuai pernyataan yang ditekankan ____ C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh penonton III. Ekspresi Verbal (Verbal Expression) ____ A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan arti ____ B. Tidak mengulang-ulang pernyataan ____ C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan satu pikiran ____ D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting |
Penilaian kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja dengan cara lain yaitu dengan menggunakan “rating scale”. Walaupun cara ini serupa dengan “checklists”, “rating scale” memungkinkan penilai atau penskor untuk menilai kemampuan siswa secara kontinum tidak lagi dikotomos. Kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan atau kemampuan kinerja yang hendak diukur, tetapi kalau “checklist” hanya memberikan dua katagori penilaian sedangkan “rating scale” memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada tiga jenis “rating scale” yaitu (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga “rating scale” di atas dapat dilihat pada tabel 2, 3, dan 4 berikut ini.
Tabel 2. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan numerical rating scale
Nama : Astrajingga |
Petunjuk: Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor 1. bila siswa selalu melakukan 2. bila kadang-kadang 3. bila jarang, dan 4. bila tidak pernah I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton 1 2 3 4 B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan 1 2 3 4 |
Tabel 3. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan
graphic rating scale
Nama : Astrajingga |
Petunjuk: Tulislah X pada garis yang menunjukkan kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton selalu kadang-kadang jarang tidak pernah B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan |
Tabel 4. Instrumen penilaian berpidato dengan menggunakan
descriptive rating scale
Nama : Astrajingga |
Petunjuk: Tulislah X pada garis yang menunjukkan kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato I. Ekspresi Fisik (Physical Expression) A. Berdiri tegak melihat pada penonton |
d. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian penugasan/projek?
Dalam tulisan ini yang dimaksud projek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Dalam pelaksanaannya projek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain. Projek merupakan suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Projek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan informasi.
Menurut ketentuan kuriukulum, penilaian hasil belajar dapat dilakukan pada saat siswa sedang melakukan proses suatu projek, misalnya pada saat siswa
· merencanakan dan mengorganisasikan investigasi;
· bekerja dalam tim; dan
· arahan diri.
Selain itu, hasil belajar ada yang lebih sesuai apabila dinilai pada produk suatu projek, misalnya pada saat:
· mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi;
· menganalisis dan menginterpretasikan data; dan
· mengomunikasikan hasil.
Karena keterampilan dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan menyajikan informasi adalah hal umum yang sangat penting, penilaian projek dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan.
Bentuk instrumen projek tepat untuk penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan dan melibatkan banyak keterampilan, memerlukan waktu yang relatif lama, dan meliputi tahapan: perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, penganalisisan, serta penyimpulan.
Penilaian projek berfokus pada proses dan mengikuti cara penilaian proses keterampilan dari suatu projek yang sifatnya lebih umum, yaitu: perencanaan penilaian (planning assessments), membuat spesifikasi proses dari suatu projek, judging dan pencatatan (judging and recording), dan mengestimasi serta melaporkan prestasi/pencapaian (estimating and reporting achievement).
1. Perencanaan penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru pada waktu merencanakan penilaian proses dari projek adalah: adanya kesesuaian antara pengetahuan, jenis keterampilan, dan pemahaman atau tujuan pembelajaran (dalam kurikulum) dengan aktivitas-aktivitas projek. Aktivitas inilah yang dijadikan sebagai sumber bukti terhadap pencapaian pembelajaran. Agar aktivitas projek benar-benar dapat dijadikan bukti (valid), diperlukan kemampuan guru di dalam pengelolaan projek (project manageability). Dengan kata lain, siswa jangan diberi keleluasaan mutlak, misalnya, untuk memilih topiknya sendiri (apabila topik terlalu sempit, sukar untuk mendapatkan informasi yang memadai atau sebaliknya, topiknya terlalu luas untuk dikerjakan dalam waktu terbatas).
2. Pembuatan spesifikasi proses suatu projek
Guru mempunyai sejumlah strategi dalam membantu siswa untuk membuat perencanaan yang efektif dalam kaitannya dengan penyelesaian kerja projek, yaitu pemilihan topik, pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi, pembuatan rincian terhadap tahapan proses, dan monitoring terhadap kerja projek.
a) Pemilihan topik
Pemilihan topik dilakukan berdasarkan buku petunjuk yang dibuat oleh guru. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memilih topik yang sesuai sehingga topik yang dipilih tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Sebagai konsekuensinya, keterampilan yang diinvestigasi dapat memberikan bukti yang berguna.
b) Pembuatan map/diagram terhadap topik yang akan diinvestigasi
Penggunaan konsep map/diagram ini bertujuan untuk mempermudah siswa di dalam melihat hubungan antara ide-ide atau topik-topik yang diinvestigasi. Diagram ini merupakan representasi visual dari hubungan koseptual yang sangat bermanfaat di dalam perencanaan projek. Adapun manfaatnya antara lain: memfokuskan siswa pada area yang dieksplorasi, menilai proses perencanaan siswa dengan cara, misalnya, melihat jumlah konsep yang terdapat pada map atau melihat kata-kata penghubung, jenjang dari konsep dan ‘style’ dari diagram tersebut.
c) Pembuatan rincian terhadap tahapan proses
Proses penelitian skala kecil ini diformulasikan oleh guru dengan cara memberikan lembaran strategi projek kepada individu siswa dengan tujuan agar siswa dapat membuat kerangka proposal projek beserta strategi kerjanya. Dengan lembaran ini, siswa dapat memfokuskan pada tahapan-tahapan proses penelitian sebelum mereka memulai penelitian. Sedangkan bagi guru, mereka dapat menilai siswa terhadap perencanaan projek yang dibuat siswanya.
d) Monitoring terhadap kerja projek
Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh guru untuk membantu siswanya di dalam memonitoring kemajuan kerja projeknya. Di antara metode tersebut, antara lain: memberikan sederetan jadwal tanggal terhadap masing-masing tahapan projek, memberikan lembar kemajuan kerja, yang apabila diselesaikan oleh siswa, dapat merupakan bukti telah menyelesaikan tahapan proses, atau ada juga bentuk ‘checklist’. Semua metode tersebut bermanfaat bagi guru untuk menilai keterampilan pengamatan umum siswa.
3. Judging dan Pencatatan
Mutu dan manfaat informasi yang diperoleh dari pengamatan kerja siswa dapat diperbaiki oleh guru dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang penting dan dengan cara mencatat pengamatan secara sistematik menggunakan ‘checklist’, holistik atau penjenjangan analitik. Informasi tersebut diperoleh guru melalui penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri (self-assessments), penilaian antar-kelompok siswa (peer-assessments), atau melalui penilaian yang dilakukan oleh guru (teacher-assessments).
a) Penilaian yang dilakukan oleh siswa sendiri
Keikutsertaan siswa di dalam penilaian kerja projek bertujuan untuk membangkitkan semangat mereka di dalam merefleksikan keterampilan umum yang mereka lakukan pada waktu kerja projek. Pada penilaian ini guru dapat memberikan beberapa macam format, diantaranya berupa skala penjenjangan analitik (analytic rating scale).
b) Penilaian antarkelompok siswa
Penilaian ini dilakukan oleh kelompok kerja yang terdiri atas beberapa siswa yang bekerja bersama-sama sebagai suatu tim. Kelompok ini melakukan evaluasi terhadap kemajuan kerja kelompoknya sekaligus hal ini digunakan sebagai bukti kemampuan bekerja siswa di dalam kelompoknya.
c) Penilaian yang dilakukan oleh guru
Terdapat sejumlah teknik yang digunakan oleh guru untuk memfokuskan pengamatannya pada proses kerja siswa, yaitu : lembar log (log sheets), ceklis pengamatan (observation checklists), petunjuk penilaian holistik dan analitik untuk menilai performa projek, mereviu jurnal siswa, dan catatan anekdot.
4. Estimasi dan Pelaporan Prestasi
Informasi mengenai keterampilan umum siswa dapat diperoleh guru dari hasil pengamatan proses projek. Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat prestasi siswa maupun untuk memonitoring kemajuannya. Dalam kaitannya untuk monitoring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu membuat perkiraan yang seimbang (making on-balance judgements), mengombinasikan bukti projek dengan bukti lainnya, dan memonitoring perkembangan keterampilan dalam kerja projek
a) Membuat perkiraan yang seimbang
Proses estimasi tingkat prestasi siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan secara langsung apabila pengamatan dan perkiraan kerja projek mengukur keluaran (outcomes) dan tahapan yang terdapat pada daftar kemajuan siswa. Proses estimasi ini dapat dilakukan berdasarkan tingkat prestasi siswa secara keseluruhan.
b) Mengombinasikan bukti projek dengan bukti lainnya
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai tingkat prestasi siswa dalam bidang tertentu. Penggabungan bukti-bukti dari beberapa kerja projek sangat dimungkinkan oleh banyaknya keterampilan projek yang terdapat di dalam bidang pembelajaran.
c) Memonitor perkembangan keterampilan pada lintas bidang pembelajaran
e. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian hasil kerja/produk?
Bentuk instrumen produk tepat untuk penilaian terhadap kemampuan membuat produk (hasil fisik) dan menilai hasil akhir dan proses. Produk hasil akhir, misalnya, menulis puisi, antologi puisi, menulis cerpen, antologi cerpen, menulis naskah drama, menulis naskah pidato, membuat majalah dinding, membuat majalah sekolah, menulis resensi, menulis makalah, dan menulis artikel.
Produk proses, misalnya, menggunakan teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman, dan membakar kue dengan baik.
- Tugas penilaian produk dengan penskoran daftar cek
Tugas: Rancang dan susunlah makalah dengan tema hari bumi.
Daftar Cek
No | Aspek yang dinilai | Ya | Tidak |
1 | Ada kerangka makalah | ||
2 | Ketegasan tesis | ||
3 | Kelengkapan unsur | ||
4 | Keefektifan bahasa | ||
5 | Kerapian penyajian |
Contoh kriteria penskoran aspek (a):
1 = bila ya
0 = bila tidak
Contoh perhitungan skor:
skor maksimum: 5
2. Tugas penilaian produk dengan penskoran skala penilaian.
Tugas: Rancang dan susunlah makalah dengan tema hari bumi.
Skala penilaian:
No | Aspek yang Dinilai | |||
1 | 2 | 3 | ||
a | Ada kerangka makalah | |||
b | Ketegasan tesis | |||
c | Kelengkapan unsur | |||
d | Keefektifan bahasa | |||
e | Kerapian penyajian |
Contoh kriteria penskoran aspek (a):
1 = kerangka makalah ada, tetapi struktur tidak jelas dan isi tidak sesuai dengan makalah
2 = kerangka ada dan struktur logis, tetapi isi tidak sesuai dengan makalah
3 = kerangka ada, struktur logis, dan isi sesuai dengan makalah
Contoh perhitungan skor:
skor maksimum: 15
f. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian portofolio?
Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian dikelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.
Portofolio pertama kali dipergunakan oleh kalangan fotografer dan artis, yaitu suatu kegiatan untuk menunjukkan hasil kerja dalam suatu periode tertentu. Melalui portofolio para fotografer dapat menunjukkan prospektif pekerjaan kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya. Dalam dunia kerja, secara umum portofolio adalah suatu kumpulan atau berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian. Kumpulan atau hasil kerja tersebut berisi pekerjaan siswa selama waktu tertentu yang dapat memberi nformasi bagi suatu penilaian yang objektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan siswa dalam lingkungan dan susana belajar yang alami. Hasil kerja dimaksud menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yang diberikan kepada siswa telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum.
Penilaian portofolio didasar-kan pada koleksi kumpulan pekerjaan yang dberikan guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika kegiatan pembelajaran mengajar, portofolio siswa dapat dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa. Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan ke-mampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan hasil karya siswa lain.Penilaian portofolio dapat terfokus pada proses belajar mengajar atau dapat pula memberikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan siswa. Portofolio merupakan gambaran sebagai perkembangan berkelanjutan siswa untuk menunjukkan perubahan diri siswa sejak awal sampai akhir dalam satu periode tertentu. Portofolio dapat memberi kesempatan bagi siswa dan guru untuk menelaah kesesuaian pekerjaan dengan tujuan pembelajaran. Portofolio mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual siswa dari waktu ke waktu.
Dalam penilaian portofolio siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Pengorganisasian dalam penilaian portofolio adalah hal yang sangat penting. Terdapat beberapa cara portofolio, tetapi semuanya mengandung hal yang paling penting, yaitu (1) pengumpulan (storing), (2) pemilihan (sorting), dan (3) penetapan (dating) dari suatu tugas (task).
Penilaian melalui karya terbaik siswa yang mencerminkan perkembangan proses belajar siswa. Portofolio harus dilakukan dengan pengumpulan tugas dan penilaian secara terus menerus. Setiap tugas yang terkumpulkan direfleksi bersama antara guru dan siswa. Portofolio dapat memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa. Penilaian portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Portofolio berlaku untuk satu periode tertentu. Portofolio bermanfaat untuk tujuan perbaikan proses dan hasil belajar siswa (diagnostik). Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian dengan mengedepankan kolaborasi antara guru dan siswa.
Karya-karya yang dapat dikumpulkan melalui penilaian portofolio adalah.
• karangan
• gambar /lukisan
• puisi
• desain
• menggambar grafik
• apresiasi perjuangan pahlawan
• gambar Pengamatan menggunakan mikroskop
• naskah doa
• surat
• komposisi musik
• teks lagu
• resep makanan
• laporan observasi/penyelidikan /eksperimen
g. Bagaimana mengembangkan tentuk penilaian sikap?
Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Tidak ada satu definisi yang dapat diterima bersama oleh semua pakar psikologi. Satu hal yang dapat diterima bersama bahwa sikap berakar dalam perasaan. Anastasi (1982) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap sesuatu objek. Misalnya: kelompok orang, adat kebiasaan, keadaan, atau institusi tertentu.
Birrent et. Al. (1981) mendefinisikan bahwa sikap sebagai kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana kepribadian seseorang diekspresikan. Lebih lanjut Birren menjelaskan bahwa sikap berbeda dengan ciri-ciri atau sifat kepribadian yang dapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi terhadap sesuatu. Sikap lebih merupakan "stereotype" seseorang. Oleh karena itu, melalui sikap seseorang, kita dapat mengenal siapa orang itu yang sebenarnya.
Beberapa pakar lain berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, konponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi pegangan seseorang. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk bertingkah laku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap sesuatu objek. Menurut Chaiken dan Stangor (1987), perpaduan antara ketiga komponen tersebut lebih sesuai dengan pengertian sikap terbaru yang diterima oleh banyak pakar.
Penilaian sikap tepat untuk menilai perilaku dan keyakinan siswa terhadap obyek sikap.
Cara melakukan penilaian sikap adalah
– Observasi perilaku : kerja sama, inisiatif, perhatian
– Pertanyaan langsung : tanggapan terhadap peraturan/tata tertib baru
– Laporan pribadi : menulis pandangan tentang “kerusuhan antaretnis”
Contoh penilaian sikap
No | Nama | Nil | Ket | ||||
BS | IS | PP | K S | ||||
Ali | |||||||
Budi | |||||||
Cahya | |||||||
Dahsya | |||||||
Ema | |||||||
Fania | |||||||
Gimo | |||||||
Keterangan
BS : bekerja sama
IS : inisiatif
PP : penuh perhatian
KS :kerjaserius
h. Bagaimana mengembangkan teknik penilaian diri?
Menilai diri sendiri berkaitan dengan status, proses, tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
Contoh instrumen penilaian diri
PARTISIPASI DALAM DISKUSI KELOMPOK
Nama : --------------------------------------
Nama-nama anggota kelompok : --------------------------------------
Kegiatan kelompok : --------------------------------------
Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk no. 1 s.d. 5, tulislah huruf A,B,C atau D di depan tiap pernyataan:
A : selalu C : kadang-kadang
B : sering D : tidak pernah
1. -------- Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk kami diskusikan.
2. -------- Ketika kami berdiskusi, tiap orang diberi kesempatan mengusulkan sesuatu.
3. -------- Semua anggota kelompok kami melaksanakan tugas selama kegiatan.
4. -------- Tiap orang dalam kelompok saya sibuk dengan kegiatannya sendiri.
5. --------- Selama kerja kelompok, saya….
--------- mendengarkan orang lain
--------- mengajukan pertanyaan
--------- mengorganisasi ide-ide saya
-------- mengorganisasi kelompok
-------- mengacaukan kegiatan
-------- melamun
6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan berlangsung?
----------------------------------------------------------------------------------
3. Menindaklajuti Hasil Penilaian
a. Bagaimana memanfaatkan hasil penilaian untuk menghitung ketuntasan belajar siswa?
Jika pensekoran telah kita lakukan, kita dapat mengetahui capaian siswa kita terhadap indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) yang telah kita tetapkan. Skor tiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi tersebut kita bandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah kita tetapkan di awal semester. Jika skor yang diperoleh oleh siswa sama atau lebih tinggi dari KKM yang telah kita tetapkan berarti siswa tersebut telah tuntas pada indikator, KD, atau SK tertentu. Sebaliknya, beberapa siswa yang capaian skor per indiokator, KD, dan SK-nya di bawah KKM yang telah kita tetapkan, berarti siswa tersebut belum tuntas.
Karena belum tuntas, kepadanya diberikan tes diagnostik yang bertujuan untuk mendeteksi pada bagian mana materi yang belum dikuasai. Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut, guru memberi pembelajaran ulang (remidi) dengan berbagai perlakuan, mulai dari diajar kembali, diberi tugas, diberi soal atau bentuk-bentuk lain. Setelah perlakuan, siswa diberi tes sumatif kembali untuk mengetahui hasil belajarnya. Jika hasil belajar di atas KKM, siswa dinyatakan tuntas. Akan tetapi, jika skor belum juga sama atau atas KKM, siswa berhak mendapatkan pembelajaran remidi sekali lagi. Setelah diberi pembelajaran remidi terakhir, siswa dites sumatif kembali. Jika sudah lulus, sama atau di atas KKM, siswa tuntas. Jika karena suatu kondisi, siswa tetap saja belum tuntas, siswa diikutkan pada kelompok kelas semula, meskipun siswa tersebut belum tuntas.
Jika ketidaktuntasan itu pada sumatif semester awal, ketidaktuntasan itu akan disimpan hingga masuk semester berikutnya. Akan tetapi jika ketidaktuntasan itu terjadi pada semster kedua, maka perlu dihitung jumlah mata pelajaran yang mengandung indikator, KD, atau SK yang tidak tuntas. Jika jumlah mata pelajaran yang mengandung indikator, KD, atau SK yang tidak tuntas hanya satu, dua, atau tiga mata pelajaran, siswa masih dapat naik kelas. Akan tetapi jika jumlah mata pelajaran yang tidak tuntas mencapai empat atau lebih, siswa tersebut terpaksa harus tetap tinggal di kelas yang sama. Perlu diperhatikan bahwa penghitungan ketuntasan mata pelajaran juga melibatkan capaian nilai semester pertama, bukan hanya capaian dari semester kedua.
c. Bagaimana melaporkan hasil penilaian?
Rapor merupakan dokumen yang menjadi penghubung komunikasi baik antara sekolah dengan orang tua siswa maupun dengan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui tentang hasil belajar peserta didik pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan fungsinya tersebut, rapor terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.
• Petunjuk pengisian rapor
• Identitas peserta didik
• Kotak tabel nilai mata pelajaran
• Kotak tabel nilai pengembangan diri
• Kotak tabel perilaku
• Kotak tabel ketidakhadiran
• Lembar keterangan mutasi peserta didik
Berikut ini disertakan contoh model tabel nilai pada rapaor. Contoh ini hanya merupakan salah satu model. Selanjutnya berdasarkan prinsip KTSP, sekolah dapat mengembangkan sendiri model tebel nilai pada rapor sekolah masing-msing.

Jika kita menggunakan model di atas, agar tidak terjadi kesalahan persepsi, berikut dikemukakan cara mengiosinya.
1. Nilai pada rapor untuk setiap mata pelajaran terdiri dari aspek-aspek penilaian yang mengacu pada aspek yang tertuang dalam ruang lingkup dan atau standar kompetensi. Aspek penilaian sesuai dengan standar Isi dikembangan daerah/satuan pendidikan
”PENJELASAN PENJABARAN ASPEK MATA PELAJARAN TERTUANG PADA PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR”
2. Target Pencapaian Kompetensi (TPK) merupakan target ketuntasan minimal untuk setiap aspek penilaian mata pelajaran, yang telah ditentukan dalam KTSP masing-masing sekolah.
3. Nilai merupakan rerata nilai masing-masing aspek penilaian setiap mata pelajaran. Kolom angka pada nilai diisi dengan angka dalam skala 10-100.
”PENJELASAN TENTANG PENGOLAHAN NILAI RAPOR TERTUANG PADA PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR”
4. Catatan Guru merupakan deskripsi pencapaian kompetensi peserta didik.
”CONTOH DESKRIPSI CATATAN GURU TERTUANG DALAM PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR”
d. Bagaimanakah mekanisme kenaikan kelas?
Karena pengisian rapor sangat berkait dengan kenaikan kelas, berikut ini dikemukakan mekanisme kenaikan kelas berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi.
1. Kenaikan kelas dilaksanakan satuan pendidikan pada setiap akhir tahun.
2. Peserta didik dinyatakan naik kelas, apabila yang bersangkutan telah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
3. Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama bila,
a) Memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Jika peserta didik tidak menuntaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar lebih dari empat mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun pelajaran, dan
c) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
”PENJELASAN CARA PENGHITUNGAN KETUNTASAN
MATA PELAJARAN SAMPAI AKHIR TAHUN PELAJARAN
TERTUANG PADA PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR”
4. Ketika mengulang di kelas yang sama, nilai peserta didik untuk semua indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang ketuntasan belajar minimumnya sudah dicapai, minimal sama dengan yang dicapai pada tahun sebelumnya.

C. Rangkuman
Implementasi dari penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah dilaksanakannya penilaian berbasis kelas autentik dengan menggunakan pendekatan acuan kriteria/patokan. Penerapan penilaian autentik menggunakan beragam teknik dan instrumen untuk mengumpulkan informasi agar diperoleh informasi yang sesuai dengan kompetensi yang diukur/diamati dengan mengedepankan prinsip (a) penilaian terpadu dengan pembelajaran, (b) mengacu pada masalah dunia nyata, (c) menggunakan alat yang sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, dan (d) holistik lintasaspek.
Penilaian bertujuan untuk penelusuran, pengecekan, pencarian, dan penyimpulan. Penilaian berfungsi sebagai motivasi, instrumen penerapan belajar tuntas, indikator efektivitas pembelajaran, dan umpan balik. Prinsip penilaian berbasis kelas adalah mengacu ke kompetensi, berkelanjutan, didaktis, menggugah informasi, dan melihat antara yang benar dan yang salah. Penilaian digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar.
D. Pelatihan
1. Diskusikan dengan teman sebangku (berpasangan) tentang beberapa karakter penilaian kelas berikut.
a. penilaian berbasis kelas menggunakan prinsip holistik
b. penilaian berbasis kelas elevan untuk menerapkan pembelajaran tuntas
c. peniliaian berbasis kelas berdasarkan masalah nyata kehidupan bukan masalah persekolahan
2. Susunlah alat evaluasi yang tepat untuk kompetensi-kompetensi dasar berikut.
a. menulis resensi cerpen remaja
b. berwawancara dengan tokoh yang layak menjadi panutan
c. membaca cepat 250 kata per jam
d. mendengarkan berita televisi
3. a. Bagaimana ketuntasan belajar siswa Anda jika Anda mengetahui bahwa lebih dari 50% siswa Anda mendapatkan skor di bawah KKM KD, 30% dalam batas normal KKM, dan sisanya mendapatkan skor yang amat tinggi?
b. Dapatkah Anda menggunakan hasil peniaian tersebut sebagai dasar memberikan pembelajaran remidial? Mengapa?
c. Apa yang seharusnya Anda lakukan dalam keadaan seperti di atas?
4. Diskusikan dengan teman sebangku tentang praktik-praktik penilaian yang bertentangan dengan prinsip dan teknik penilaian kelas.
Daftar Pustaka
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Penduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Depdiknas.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Penduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika. Jakarta: Depdiknas.
Bastari dan Witjaksono, R. 2006. Penilaian Projek. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.
Hendriastuti, A. 2006. Penilaian Hasil Kerja Siswa ”Product Assesment.” Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.
Salim, Ainun dan Ekaningrum, Th Nuraeni. 2006. Tes Tulis. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan.
Zakaria, T Ramli. 2006. Pedoman Penilaian Sikap dalam Classroom BasedAssessment Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan..

